Manusia Makhluk Moral

Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji bagi allah yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga tulisan ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Kata moral berasal dari kata latin yaitu kata mos atau mores yang berarti kebiasaan, Yusan (1977) mengungkapkan bahwa moral adalah kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi sesorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam arti, moral merupakan seperangkat aturan yang menyangkut baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah yang harus dilakukan atau yang harus dihindari dalam menjalankan hidup.

Al-Ghazali menyebut moral Islam sebagai tingkah laku seseorang yang muncul secara otomatis berdasarkan kepatuhan dan kepasrahan pada pesan (ketentuan) Allah SWT Yang Mahauniversal. Menurut pandangan Islam kriteria moral yang benar adalah (1) Memandang martabat manusia, dan (2) Mendekatkan manusia kepada Allah SWT.
Berikut ini adalah sekelumit ayat-ayat tentang moral dan akhlak dalam Al-Qur’an:
1. Sabar
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu.” (QS.Ali Imran:200)

 2. Amanah

إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا    
“Sungguh, Allah Menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS.an-Nisa’:58)

3. Memberi Maaf

فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah Menyukai orang- orang yang berbuat baik.” (QS.al-Ma’idah:13)

4. Kejujuran

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (QS.al-Ahzab:70)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (QS.at-Taubah:119)

5. Istiqomah

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ
“Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu.” (QS.Huud:112)

6. Syukur
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan Ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS.al-Baqarah:152)

7. Lemah Lembut
فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS.Thaha:44)

8. Tawadhu’
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (QS.asy-Syuara’:215)

9. Menebar Kebaikan
وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah Berbuat baik kepadamu.” (QS.al-Qashas:77)

 10. Berbakti kepada orang tua
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً
“Dan Tuhan-mu telah Memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua.” (QS.al-Isra’:23)




A. Nabi Muhammad SAW Diutus untuk Menyempurnakan Akhlak Manusia
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist yang artinya “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia”. Dari hadist tersebut Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak , bukan untuk menyempurnakan agama. Hal itu menjunjukkan bahwa kunci kelengkapannya keimanan dan keislaman seseorang adalah akhlaknya. Sebelum Nabi Muhammad menjadi Nabi, telah diperlihatkan dalam aneka hubungan sosial yang bisa dinilai oleh orang banyak disekililing Nabi Muhammad SAW. Julukan al-amiin adalah julukan yang berisi kepercayaan amat berhargadari masyarakat disekililing Nabi Muhammad SAW pada saat itu. Karena ketika itu yang memberi gelar tersebut dari masyarakat kuffar quraisy yang masih terbelenggu dan tenggelam dalam kebodohan serta kebathilan pada masa jahiliyyah. Beda dengan juukan dari orang-orang sholeh yang sudah biasa menentukan mana yang baik dan mana yang bathil. Inilah bentuk kemuliaan akhlak dari Baginda Nabi Muhammad SAW yang berhasil menembus jiwa-jiwa yang sesat dan tenggelam dalam kebathilan kala itu. 

Maka dari itu yakinkanlah diri kita, bahwa Nabi Muhammad SAW yang akan menyempurnakan akhlak manusiatekah dikondisikan sebagai Sumber Daya Manusia yang memiliki akhlak mulia oleh Allah SWT. Oleh karena itu kita sering mendengar “satunya kata dan perbuatan”. Apa yang dikatakan itulah yang dikerjakan.
Dari uraian tadi dapat diketahui pengertian tentamg akhlak. Akhlak adalah keseimbangan antara perilaku lahir dengan perilaku batin. Akhlak ada yang baik dan ada yang buruk. Akhlak yang baik adalah perilaku lahir sekaligus perilaku batin yang dibimbing oleh kebenaran yang mutlak, kebenaran yang datang dari Khalik. Akhlak yang buruk adalah perilaku lahir sekaligus perilaku batin yang dibimbing oleh kebenaran yang datang dari makhluk.

Akhlak tida sama dengan sopan santun. Didalam akhlak pasti terdapat tampilan sopan santun yang didasari pada budi pekerti. Tetapi sopan santun hanya tampilan luar saja. Belum dapat dikateorikan sebagai akhlak. Orang-orang munafik boleh menunjukkan sikap sopan santun kepada manusia lain, tetapi didalam batinnya tidak sesuai dengan apa yang diperbuatnya. Dala Al-qur’an digambarkan bagaimana orang munafik itu berperilaku: ketika mereka bertemu dengan orang muslim, mereka menyatakan “aku beriman kepada Tuhanmu”; tetapi ketika mereka bertemu dengan kaum kuffar merekapun berujar “aku sejalan dengan KeadaanMu”. Allah telah menjanjikan nereka paling bawah bagi orang-orang munafik. Sikap sopan santun disini berbeda dengan sikap sopan santun di Barat dan di Timur.

Akhlak yang baik harus bersumber hanya dari Allah SWT. Allah telah menyediakan tata nilai kebenaran tentang rasa, pikiran, sikap, tinda, perbuatan, dan segala yang melatari tingkah laku kita sebagai manusia dalam tata nilai Islam.
Manusia tidak pernah bertemu secara langsung dengan Nabi Muhammad SAW, tetapi Al-Qur’an dan Hadist menjadi warisan yang diwariskan kepada ummat Nabi Muhammad SAW  yang didalmnya telah dijelaskan secara lengkap tata cara memanusiakan manusia dan akhlak yang baik. Oleh karena itu, inti pembelajaran penting dalam konsep islamadalah menata akhlak agar iman dan islam yang telah adda bisa sejalan dengan yang telah dituntutdan ditetapkan oleh Allah SWT melalui teladan perilaku nabi-Nya.

B. Nabi Muhammad SAW sebagai Uswah Hasanah
Julukan Al-Amiin merupakan prestasi dari kebaikan akhlak yang dimiliki Nabi Muhammad SAW sejak sebelum menjadi Nabi. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulallah SAW itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah SWT." (Q.S Al-Ahzaab,33:21).

Nabi memiliki sifat yang sabar, tidak mudah mengeluh sesulit apapun keadaan tersebut. Imam Adurrahman bin Nashir as-Sa’adi didalam kitab tafsirnya yang terkenal, Tafsir Kariimir Rahmaan menyebutkan: “Para ulama ushul berddalildengan ayat ini tentang berhujjah (berargumen) menggunakan perbuatan-perbuatan Nabi. (Karena) pada asalnya, ummat beliau wajib menjadikan beliau suri tauladan dalam perkara hukum, kecuali ada dalilsyar’i yang mengkhususkan (bahwa suatu perbuatan Nabi hanya khusus untuk beliau saja secara hukum, tidak untuk ummatnya”. Pernyataan itu sejalan dengan firman Allah SWT dalam surah An-Nisaa, 04:13) yang artinya
“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan dari Allah SWT. Barang siapa taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal didalmnya; dan itulah kemenangan yang besar." (Q.S An-Nisaa, 04:13).

Memang ada sejumlah perbuatan Nabi yang hanya dikhususkan untuk Nabi semata. Tetapi begitu banyakk sunnat Nabi yang bisa diikuti. Jika umat tidak mengikuti sunnat Nabi berarti bukan bagian dari umat Nabi. Sementara pernikahan Nabi yang terkait dengan jumlah istrinya dalam poligami, hanya berlaku untuk Nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya Nabi menikahi istri-istrinya dengan kondisi khusus. Semua kondisi tersebut tidak terlepas dari petunjuk Allah SWT. Jumlah istri yang diperbolehkan secara syar’i adalah empat saja. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an yang artinya
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat perilaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain0 yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." (Q.S An-Nisaa, 04:03).

Jika engaku mengaku ummat Nabi tidak mau mengikuti sunnat Nabi, Nabi mengingatkan dalam salah satu hadistnya yang terjemahannya sebagai berikut:
“Setiap ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan. )Lalu) dikatakan kepada beliau: ‘Siapa yang enggan itu Wahai Rasulallah?’ Maka beliau nejawab: ‘Barangsiapa menaati aku ia pasti masuk surga, dan barang siapa yang mendurhakaiku maka ia enggan (masuk surga)’.” (Shahih Bukhari:7280).

Rasulallah telah dianugerahi empat sifat yang menjadi kelebihannya. Empat sifat tersebut yaitu: Siddiq (benar), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan, tidak menyembunyikan, Fathanah (cerdas). Oleh karena perkataan(qauliyah( dan perbuatan(fi’liyah) haruslah sejalan, sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi.

C. Konsep Manusia Terbaik di Sisi Allah SWT
Ada satu hadist yang populer, yang terkait gambaran manusia terbaik di sisi Allah SWT. Isi hadist iniberhubungan dengan masalah perilaku amaliyah seseorang. “Sebaik-baiknya manusia adalah yang banyak manfaatnya bagi manusia lain”. Sebagai mankhluk individu manusia bertanggung jawab penuh atas segala hal perbuatan dirinya.

Tiga hal yang memberika pahaal tidak putus ketikka kita sudah meninggal dan memberikan manfaat bagi manusia ialah:
“Anak yang shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya”
“Ilmu yang bermanfaat yang diajarkan kepada orang lain”
“ harta yang dijalankan sebagai amal shadaqah (terutama), infaq, waqaf, dan hibah, selagi orang tersebut masih hidup.”

Satu kondisi ideak yang menjadi tuntutan yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia agar bisa mencapai tempat terbaik disisi Allah SWT, adalah taqwa.

D. Indikator Kenabian sebagai Uswah Hasanah
Sebagai utusan memberikan tauladan yang baik kepada ummat, Nabi Muhammad sudah memiliki gelar Al-Amiin sebelum menjadi Nabi, gelar inipun diberikan oleh kaum Kuffar Quraisy. Nabi Muhammad juga berasal dari keturunan keluarga yang terhormat. Atar belakang keluarga bangsawan Quraisy yanag kaya telah menjadi bekal awal kondisi muhammad sebagai orang yang dihargai oleh lingkungannya. Melengkapi kesiapan mental dan moral Muhammad, Allah SWT memrintahkan Jibril untuk melakukan pembedahan , pembersihan hati Nabi Muhammad SAW. Jadi, lengkaplah Muhammad sebagai Nabi Akhir Zaman.

E. Pendidikan Karakter dalam Konsep Islam
Pendidikan pertama dimulai dari rumah. Orang tua yang pertama kali menorehkan penanda awal kedalam hati seorang anak. Setiap yang dilahirkan berada dalam kondisi yang fitrah. Orang tualah yang pertama mengarahkan anak menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.

Dalam konsep  islam, pendidikan dini adalah kunci pembuka pintu hidayah, walaupun Allah lah yang memiliki hak prerogatif untuk memberikan hidayah tersebut. Nabi Muhammad tidak sedikotpun diberikan kesemapatan untuk bisa mengrahkan pamannya, Abu Thalib kepad aislam. Sehinga ajal menjemput paman Nabi masih saja merasa malu untuk menyatakan berserah diri menjadi muslim. Allah SWT menunjukkan hak prerogatif tentang Hidayah. Sekalipun sebagau=i seorang Nabiyullah. Dan yang paling utama, Allah SWT menunjukkan bahwa hanya Allah lah yang berkuasa atas segala sesuatu.

Karakter ikhlas dan pasrah adalah kondisi yang dituntut dalam menghadapi ketentuan Allah SWT. Tak ada yang lebih nikmat selain ketikan seseorang bis amemasrahkan diri secara sadar kepada ketentuan Allah SWT, setelah melalui berbagai upaya: amal maupupun doa. Hanya dengan bekl keyakinan bahwa ketentuan Allah SWT yang terbaiksebagai pilihan akhir. Sesorang akan merasa lengkap menempatkan diri sebagai makhuk, yag tidak memiliki kuasa apapun selain yang telah dianugerahkan olehAllah SWT.

Sebagai makhluk moral, manusia telah dibekali kemampuan untuk menempatkan diri sebagai hamba dan sebagai makhluk yang memiliki kesadaran bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Berkehendak, Yang Maha Memaksa. Dibalik semua kepastian Allah SWT, selalu ada hikmah yang mendatangkan kebaikan: segera ataupun tangguh waktu.

Sebagaimana diterangkan dalam salah satu ayat Al-Qur’an yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah tidsk menganiaya seseorang walaupun sebesar biji zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar biji zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar." (Q.S. An-Nisaa, 04:40).

Wallahu A’lam
Wasslamau’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sumber referensi:
Suryana, Jajang. 2020. Manusia Makhluk Moral. Singaraja 

‌https://www.slideshare.net/mobile/azura003/kelompok-12-31119922#:~:text=Al-Ghazali%20menyebut%20moral%20Islam,2)%20Mendekatkan%20manusia%20kepada%20Allah.

‌https://www.google.com/amp/s/www.khazanahalquran.com/10-ayat-tentang-moral-dalam-al-quran/amp/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnatullah dan Manusia sebagai Khalifah di Bumi

Manusia dan Teknologi

Manusia Makhluk Peneliti