Manusia Makhluk Belajar
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kesehatan dan keimanan sehingga tulisan ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman Islamiyyah.
Ditulisan kali ini kita akan membahas mengenai Manusia Makhluk Belajar. Simak ulasan berikut.
A. Manusia Makhluk Belajar
Selama hidup manusia sejak awal kehidupannya tidak pernah lepas dari belajar. Sejak dalam kandungan pun manusia sudah belajar melalui lingkungan didalam perut ibunya hingga lingkungan di dunia. Dan itu merupakan proses belajar melalui pengamatan lingkungan.
Semua manusia terlahir dalam keadaan fitrah, tetapi orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, maupun Majusi. Tetapi manusia diberikan kelebihan oleh Allah dari makhluk lain yakni adanya akal. Dengan adanya akal, manusia bisa memilih kehidupannya, menjadi manusia yang beriman dengan mengikuti petunjuk Allah SWT yang benar adanya, atau malah berpaling dari-Nya.
Manusia dapat mengikuti arus lingkungan nya, semisal manusia dirawat oleh binatang, maka akan ada kemungkinan manusia akan berperilaku seperti binatang juga. Seperti cerita Tarzan yang diadopsi oleh kera dan binatang lainnya. Tetapi jika binatang dirawat oleh manusia sedari kecil, tetap saja binatang akan berperilaku seperti binatang. Tidak bisa binatang berperilaku seperti manusia, karena binatang tidak dikaruniai akal untuk merubah dirinya dari pengaruh lingkungannya.
Manusia dengan akalnya diutus menjadi Khalifah di Bumi, sebagaimana ayat Al-Qur'an yang artinya
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" "
(Q.S. Al-Baqarah, 02: 30)
B. Konsep Pendidikan yang Islami
Dalam satu hadits yang populer, Nabi Muhammad
saw bersabda: “Ketika telah sampai ajal kepada semua manusia, terputuslah semua
ikatan amal dunia, kecuali tiga hal: shadaqah jariyah; ilmu yang bermanfaat; atau
anak shalih yang mendo’akan kedua orang tuanya”.
Konsep pendidikan yang islami diantaranya terkait dengan ketiga amal yang tidak terputus ketika sudah datang ajal. Manusia sejak dalam kandungan sudah harus dididik. Maka dari itu, pengaruh orang tuanya ketika masih dalam kandungan sangat mempengaruhi IQ dan bentuk fisik anaknya. Terutama pengaruh ibu. Sehingga ibu haruslah mempersiapkan anaknya sebagai generasi penerus bangsa dan agama, dengan cara membacakannya Al-Qur'an baik ibunya langsung yang membacanya maupun melalui CD atau MP3. Ketika anak tersebut lahir dan belajar membaca Al-Qur'an akan lebih mudah dan lebih cepat untuk menghafalkannya.
Ada kalimat hikmah yang menarik sebagai bahan renungan: “Atta’allum fi-ashshighar
ka-annaqshi ala-alhajar” (pembelajaran pada masa kecil seperti memahat di atas
permukaan batu). Konsep belajar ini tentu saja terkait dengan pembiasaan-pembiasaan dini semua kegiatan keislaman yang sungguh bisa berbekas sangat lama, seperti ukiran di atas permukaan batu. Sebagai fondasi, pendidikan masa kecil harus memiliki unsur ketahanan yang sangat kuat agar bangunan yang akan berdiri di atasnya bisa kokoh.
Dilihat dari kondisi saat ini, masih banyak siswa-siswi maupun mahasiswa-mahasiswi yang belum bisa membaca Al-Qur'an. Dikarenakan belum adanya fondasi yang kuat dan dikukuhkan oleh orang tuanya sedari kecil. Maka dari itu pentingnya konsep belajar dari kecil sesuai dengan Dinul Islam.
C. Kewajiban Belajar bagi Muslimin dan Muslimat
Hadist Nabi Muhammad SAW berikut:
“Thalabul-ilmi fariidhatun alaa kulli muslimin wa muslimatin: Mencari ilmu itu
merupakan suatu kewajiban (fariidhah) bagi muslimin dan muslimat”.
Sudah jelas pernyataan diatas bahwa menuntut ilmu wajib atas setiap muslim, tidak ada perbedaan gender untuk menuntut ilmu dan tidak ada batasan untuk menuntut ilmu. Baik itu ilmu umum maupun ilmu agama. Ilmu umum sudah disiapkan untuk dituntut oleh umat manusia sesuai dengan kemampuan masing-masing. Karena Allah tidak membedakan antara muslimin dan muslimat dalam mencari pahala. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin[1218],
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki
dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
(Q.S. Al-Ahzaab, 33: 35)
Jika manusia tidak menguasai ilmu umum, itu tidak berdosa, tetapi jika manusia tidak menguasai ilmu agama yang hukumnya fardhu ain, maka mereka akan berdosa. Lain halnya dengan ilmu agama yang hukumnya fardhu kifayah tidak berdosa jika tidak dituntut, karena sudah ada yang mempelajari ilmu yang dapat diwakilkan. n ilmu. Kewajiban orang yang bukan ahli, bertanya kepada yang ahli: “fas-aluu ahla adz-dzikri in kuntum laa
ta’lamuun”. (Q.S. An-Nahl, 16: 43).
Berikut hadits Nabi saw yang bertalian dengan kebijaksanaan sikap
dalam mencari ilmu:
“Ambillah ilmu itu sekalipun datangnya dari mulut binatang” (intinya, pelajari juga
masalah yang muncul di sekitar kehidupan binatang, bisa juga mahluk yang
dianggap lebih rendah posisinya dalam pandangan manusia)
“Lihatlah, perhatikanlah apa yang diucapkan (isi ucapan), jangan melihat siapa yang
mengucapkan” (kebenaran itu bisa datang dari sumber yang sangat beragam, bukan
dari mulut manusia tertentu saja yang dianggap sebagai pakar)
D. Kewajiban Belajar Sepanjang Hayat
Nabi Muhammad
saw, empat belas abad yang lalu, telah mencanangkan proses belajar sepanjang hidup.
Perhatikan hadits Nabi saw: “Uthlubul-ilma min al-mahdi ila al-lahdi: Kondisikan
kegiatan pencarian ilmu itu sejak masa buaian hingga menjelang masuk liang lahad”. Kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi ruang dan waktu. Entah itu anaka kecil,orang tua, beriman maupun tak akan meberiman. Allah memberikan ilmu sesuai dengan ilmu yang dicari oleh manusia. Tidak membedakan Islam atau tidak. Hal itu kembali lagi ke Sunnatullah. Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan hasil yang bagus juga.
Penerapan kewajiban belajar sepanjang hayat adalah dalam jiwa, jiwa yang dipenuhi kesadaran akan kewajiban, kesadaran akan akibat yang akan timbul jika kewajiban tidak diaksanakan sebagaimana mestinya. Belajar harus disertai dengan semangat yang membara. Technocare adalah jalan lain yang bisa menyeimbangkan keberadaan dan kondisi sarana dengan semangat belajar.
Zaman sekarang para peserta didik sudah sangat dekat dengan gadget (gawai). Gawai-gawai yang disediakan sudah sangat beragam dan dapat dimanfaatkan sebagai blended learning yaitu menggunakan teknologi internet yang semakin mudah dan murah. Memudahkan antara pendidik dan anak didik dalam berkomunikasi dan pemberian materi ajar serta pemberian tugas dan cara menyembunyikan nya. Seperti tugas mahasiswa untuk mengunggah materi di webblog masing-masing dan nanti nya akan diperiksa oleh dosen yang bersangkutan.
Segala ruang dan lingkungan bisa digunakan untuk melaksanakan pembelajaran, termasuk pembelajaran mandiri, pengembangan masing-masing talenta individu. Yang pasti, seseorang baru bisa lepas dari ikatan kewajiban belajar sepanjang hayat ketika yang bersangkutan telah selesai masa tugasnya sebagai manusia!
E. Konsep Hidayah
Didalam Islam hidayah merupakan petunjuk dari Allah SWT kepada manusia tertentu.
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah
memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk
(Q.S. Al-Qashash, 28: 56)
Hidayah dalam bentuk nyata yang diturunkan oleh Allah SWT ialah Al-Qur'an. Dan sekarang Al-Qur'an sudah berbagai macam bentuk. Ada yang dalam bentuk gadget dan ada pula yang berbentuk bungkulan. Tentang tampilan Al-Quran yang berbeda-beda bentuknya, Allah telah menjamin bahwa Allah memelihara Al-Quran sepanjang masa. Oleh karena itu, kondisi Al-Quran setelah diolah tampilannya oleh manusia, tetap disertai tulisan aslinya, tulisan berbahasa Arab. Tidak ada satu kitab pun yang diterjemahkan ke dalam aneka bahasa dengan tetap menyertakan teks aslinya, kecuali Al-Quran. Ketelitian dan kesungguhan para pencatat Al-Quran bisa diperiksa dan diteliti karena melembaga secara jelas.
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali ia merubah dirinya sendiri. Maka manusialah yang harus mencari dan terus berusaha untuk mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Wallahu A'lam Bissawab
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bahan referensi:
Suryana, Jajang. 2020. "Manusia Makhluk Belajar". Singaraja.
Komentar
Posting Komentar