Manusia sebagai Makhluk Siasah dan Hubungan Manusia dengan Alam

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah sahabat islam, segala puji tercurahkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kita beribu-ribu nikmat. Kedua kalinya tak lupa kita haturkan Sholawat serta Salam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW rahmat bagi seluruh alam. Pada tulisan kali ini kita akan membahas MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SIASAH DAN HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM.

A. Manusia Sebagai Makhluk Siasah

Siasah yang kini diterjemahkan dengan pengertian politik memiliki arti yang sangat sempit. Konsep dasar siasah sudah diatur oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an. Rasulallah pun telah menampilkan contoh-contoh dalam bersiasah selama menjalankan posisinya sebagai Rasul, pemimpin negara, bapak, orang tua, warga masyarakat, dan khilafah Allah di Bumi. Sebagaimana dijelaskan dalam (Q.S. An-Nisaa,04:58-59) yang terjemahannya

“ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlahia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian tu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” 


Bagaimana dengan gaya berpolitik di negeri ini yang sedang dilaksanakan atau yang sedang berkembang saat ini?. Kita bisa menyusur balik acuan gaya politik yang sedang berkembang di negeri kita ini. Banyak yang mengaku islam, banyak pula yang tidaak perduli dengan perilaku berpolitik sesuai dengan Dinul Islam. Salah satu bukti bahwa cara berpolitik yang menyimpang di negeri kita ini ialah perilaku berbicara dalam menghadapi lawan bicara, menghadapi perbedaan pendapat, mentapkan putusan amar, mengangkat pemimpin, dsb. Visi misi islam dikesampingkan, sedangkan visi misi dari teori barat diagung-agungkan, yang jelas-jelas sudah menyimpang dari nilai-nilai syari’ah.

Dinul Islam tidak melarang ummat untuk berpolitik. Semua bidang kehidupan harus dirambah untuk mendapatkan kemaslahatan dan mengisi ruang-ruang tersebut dengan nilai-nilai yang islami. Ummat islam tidak bisa hanya berpangku tangan membiarkan semua urusan keduniawian dikuasai oleh manusia yang tidak berjuang untuk kemaslahatan masyarakat banyak. Salah satu yang harus dilakukan umat islam ialah dengan menggunakan media sosial dengan bijak, dan umat islam sebagai penyeimbang media informasi untuk meluruskan informasi yang miring, yang cenderung menyudutkan umat islam sendiri.

Media massa saat ini merupakan kendaraan utama banyak keperluan siasah atau politik masyarakat, yang didukung oleh teknologi komunikasi berbasis komputer, smartphone mobile, dan jalur internet, kini telah menjadi transportasi yang amat mumpuni untuk mengolah berbagai kebaikan maupun keburukan manusia.

Dakwah dan teladan tidak hanya mengandalkan tokoh-tokoh semata. Para pengelola teknologi informasi yang kuat modal menjadi panglima yang mengarahkan hampir semua perilaku dan hasrat manusia. Oleh karena itu, manusia muslim harus menguasai teknologi informasi. Bersiasah harus dengan tata cara dan sistem perilaku baru yang diikat oleh pakem sistem teknologi pelopor. Siasah baru yang sejalan dengan upaya meredam tantangan zaman harus terus dikembangkan sebagai jalur dakwah, tawaashau bil-haq wa tawaashau bish-shabr, sebagai tugas utama Khalifatan Fil Ardh.

B. Hubungan Manusia dengan Alam


Alam merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT, tempat makhluk berkembang biak. Oleh karena itu, manusia harus bijaksana dalam menjaga kelestarian alam yang merupakan bagian dari diri menusia. Manusia sendiri yang akan merasakan dampak dari bencana alam, jika alam dirusak dan tidak dijaga sebagaimana mestinya oleh manusia. Menanam pohon dan menunggunya tumbuh besar membutuhkan waktu yang sangat lama dibandingkan merubuhkannya hanya buruh waktu 15-30 menit saja. Jadi kita sebagai manusia harus pandai dalam melihat dampak kedepannya dari setiap tindakan kita saat ini.

Setelah peristiwa Perang Salib yang menghancurkan peradaban masyarakat islam. Umat islam telah mengalami berbagai degradasi kemampuan melihat alam sebagai bagian kajian penting bagi dirinya. Belum begitu banyak hasil penemuan baru tentang hasil kajian keilmuan yang dimotoriummat islam masa kini. Umat lain lebih bergiat melakukan penjelajahan kepelosok Bumi yang awal pendekatannya didasari oleh islam. Oleh karena itu, tidaklah salah pernyataan seperti ini “ Ummat islam akan semakin mundur jika meninggalkan syari’at agamanya, sebaliknya ummat lain akan lebih maju jika meninggalkan ajaran-ajaran agamanya”.

Ilmu-ilmu sains dan lainnya merupakan hasil usaha manusia menyikapi alam. Seharusnya, mereka yang yang amat dekat dengan alam, mengkaji alam secara mendalam, akan semakin dekat kepada kesadaran tentang keberadaan Yang Maha Pencipta. Allah SWT telah mengungkapkan kemahakuasaan-Nya melalui perumpamaan maupun bahan kajian yang nyata bisa dilihat dan dibaca dalam (Q.S. Al-Baqarah, 02:26;164, An-Nahl, 16:68-69;79; Al-Ankabut,29:41) dan ayat-ayat lainnya yang bisa saudara saudari baca sendiri dalam Al-Qur’an. Allah SWT juga menantang jin dan manusia, sejak awal penciptaan mereka. Tantangan tersebut (Q.S. Ar-Rahman, 55:33) yang terjemahannya

“ Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat melintasinya kecuali dengan kekuatan”.

Nabi Adam AS sejak awal telah “dimenangkan” atas para malikat dan iblis tentang penguasaan nama-nama semua benda alam. Sebagaimana dijelaskan dalam (Q.S Al-Baqarah, 02:31;33). Bisa dibuka dan dibaca Al-Qur’annya untuk lebih memahami isi tulisan ini. Pengetahuan tentang kosa kata merupakan tonggak utama dalam pengembangan pengetahuan lanjutannya. Kepada Nabi Muhammad, Allah menurunkan wahyu yang pertama kepadanya yakni Iqra’, membaca, mempelajari. Yang paling awal harus menjadi objek iqra’ ialah apa yang terdekat dengan diri manusia. Manusia diharuskan mampu membaca dirinyadengan menggunakan pendekatan Ilhaiyah. Mengapa manusia diciptakan, untuk tujuan apakah manusia dijadikan khalifah fil ardh, mengapa manusia diberi kesempurnaan bentuk dari makhluk lain, dan bagaimana posisi manusia diantara alam ciptaan Allah? Itulah hal-hal mendasar yang seharusnya menjadi perhatian umat islam. 

Wallahu a’lam
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sumber Referensi:
Suryana, Jajang: Manusia Makhluk Siasah dan Hubungan Horizontal Manusia-Alam, Singaraja, 2020.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnatullah dan Manusia sebagai Khalifah di Bumi

Manusia dan Teknologi

Manusia Makhluk Peneliti