Hubungan Manusia dengan Tuhan, Hubungan Manusia dengan Manusia dan Hubungan Manusia dengan Lingkungan
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayahnya sehingga tulisan ringkas ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW rahmat bagi seluruh alam.
Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai Hubungan Manusia dengan Tuhan, Hubungan dengan Manusia dan Hubungan Manusia dengan Lingkungan. Semoga bermanfaat.
a. Hubungan Manusia dengan Tuhan
Agama Islam membimbing manusia untuk tegak sebagai pribadi. Setiap individu memiliki hak dan kewajiban masing-masing langsung dengan Allah. Setiap manusia berhubungan langsung secara vertikal dengan Allah sang Khalik tanpa melalui perantara. Setiap orang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, bisa "menghadap" Allah. Islam telah menetapkan bentuk hubungan tanpa penghalang dengan Allah SWT dalam bentuk doa. Salah satunya melalui sholat yang termasuk kedalam ibadah mahdah. Berdoa dengan cara memohon langsung kepada Allah dengan ucapan permohonan (dicontohkan oleh Nabi) maupun ucapan lain sesuai dengan bahasa dan kebutuhan manusia.
Kehidupan manusia muslim harus dipenuhi doa-doa. Sejalan dengan pernyataan hadits Nabi bahwa "addu'aa mukhkhul ibadat", doa itu adalah saripatinya ibadah. Tidak ada yang kosong dari doa, semua jenis pekerjaan baik dicontohkan oleh Nabi Saw lengkap dengan doanya. Tidak ada alasan terhalangnya hubungan vertikal makhluk dengan Khaliknya. Siapapun manusia muslim bisa berhubungan langsung dengan Khaliknya unlimited. Semua kesempatan berisi tuntunan dzikir yang bisa mengantar manusia selalu menyadari adanya Allah Maha pemelihara selalu online, dan menjadi tujuan permohonan serta pengaduan. Tidak ada tempat yang penting sebagai shelter jedanya semua usaha, kecuali mengingat Allah SWT doa.
Konsep ibadah didalam agama Islam bukan sekedar melaksanakan ibadah mahdah, ada ibadah lain ( Ibadah ghair mahdah) yang harus melengkapinya. Ibadah sholat wajib harus digandengkan dengan sholat sunnat. Sholat wajib yang pada kenyataannya mungkin tidak bisa dilaksanakan secara sempurna, sehingga sholat sunnat sebagai "penambal" kekurangan dalam sholat yang utama. Ada sholat sunnat rawatib yang ditempatkan pada waktu sebelum (qabliyah) atau sesudah (ba'diyah) sholat wajib. Sholat sunnat rawatib sangat penting bahkan mendekati wajib menurut keterangan para ulama. Begitupun sholat ghair rawatib, seprti sholat tahajjud, sholat dhuha dan sejumlah sholat yang kerap dilaksanakan oleh Rasulullah Saw.
Istilah sunnat (sunnah), ada yang mendefinisikannya dengan "apabila dikerjakan mendapat pahala, dan apabila tidak dikerjakan tidak berdampak apa-apa". Pernyataan ini keliru. Istilah sunnat terikat erat dengan perilaku Nabiyullah Muhammad SAW, segala sesuatu yang menjadi teladan Rasulullah. Ada dua hal yang menjadi warisan dari Rasulullah untuk ummatnya, yaitu Al-Qur'an dan As-sunah. Jika pandangan sunnah seperti pernyataan diatas, berarti begitu banyak orang yang telah meninggalkan sunnaturrasul, karena hanya merasa harus mengerjakan yang wajib semata. Untuk diakui menjadi ummat Rasulullah Muhammad Saw, berarti harus memenuhi apa yang pernah diteladankan Rasulullah Muhammad Saw. Jika hanya melaksanakan kewajiban, padahal, tak akan ada sesuatu pekerjaan manusia yang sempurna. Oleh karena itu ibadah sunnah sebagai penambal ibadah yang wajib.
Ibadah shaum dilengkapi ibadah shaum sunnat. Misal, shaum sunnat Senin-Kamis, shaum sunnat Daud, dan shaum sunnat lainnya. Zakat yang wajib dilengkapi dengan zakat yang sunnah. Haji yang wajib sekali seumur hidup didampingi dengan kegiatan yang hampir sama dengannya yaitu umrah.
Dalam konsep Islam, semua kegiatan manusia muslim-muslimat bisa dihargai sebagai bentuk ibadah. Semua pekerjaan, apapun bentuknya yang sesuai dengan syariat dan diawaali dengan membaca kalimat pernyataan yang mengagungkan nama Allah, yaitu basmalah. Sebagaimana hadits Rasulullah Saw "Kullu 'amalin la yubdau fihi bibismillahirrahmanirrahiim, fahuwa aqtha", setiap amal yang tidak didahului dengan bacaan bismillahirrahmanirrahim, maka terputus pahalanya. Semua amal sholeh (misal membuang duri dijalan, berangkat ke kampus untuk kuliah, atau pekerjaan yang dianggap biasa) bisa bernilai ibadah jika lengkap dengan basmalah diawal pekerjaan. Sementara itu, ibadah apapun dalam tataran ibadah syar'i, yang tidak dilengkapi bacaan basmalah, tidak ada nilai pahala disisi Allah SWT.
Ada suatu hadits populer yang menyatakan bahwa ibadah dalam Islam terdiri atas sejumlah aktivitas, dari yang paling utama berupa pernyataan laa ilaaha illa-Allah (pernyataan ikrar pengesaan Allah SWT, syahadatain) hingga yang paling sederhana. Kondisi ini merupakan lahan pengumpulan amal ibadah sebagai simpanan tabungan di akhirat kelak.
Dalam suatu hadits populer lainnya, disebutkan bahwa ketika seseorang berniat untuk melakukan satu pekerjaan baik, maka satu kebaikan telah dicatat sebagai nilai simpanan kebaikan. Sekalipun niat tersebut tidak terealisasikan. Lain halnya jika terealisasikan, maka minimal akan mendapatkan dua nilai kebaikan, bahkan bisa lebih. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 261 yang artinya, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui". Ada kebaikan yang setara dengan tujuh kebaikan lain, bahkan 700 kebaikan. Dn yang paling istimewa dan utama, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Qadr 97:03 yang terjemahannya, "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan".
Sebaliknya, jika seseorang berniat buruk, niat itu dicatat sebagai calon satu keburukan. Ketika niat buruk itu terealisasikan, maka dicatat sebagai satu keburukan. Tetapi, jika niat tersebut tidak terealisasikan, maka catatan temporer tentang keburukan dihapus oleh Allah SWT. Begitu sangat bijaksana Allah SWT dalam menetapkan tatanan penilaian untuk manusia. Semua janji perhitungan Allah SWT pada dasarnya sangat menguntungkan bagi semua manusia.
Bila niat dan pelaksanaan kebaikan dan keburukan diberlakukan perhitungan yang sama oleh Allah SWT, betapa manusia akan memiliki catatan keburukan yang amat banyak. Tetapi timbangan amal kebaikan dalam hari perhitungan bisa dikurangi oleh banyaknya amal keburukan.
b. Hubungan Manusia dengan Lingkungan
Sebagian ibadah ghair mahdah sangat erat terkait dengan kondisi lingkungan. Sejumlah ibadah ghair mahdah memang telah diatur sedemikian rupa dalam bentuk teladan Nabi. Peristiwa dialog antara Nabi dengan ahli menanam pohon kurma. Nabi yakin dengan pendapatnya bahwa buah kurma tidak memerlukan perlakuan khusus agar hasilnya bagus, sementara itu ahli menanam pohon kurma tetap juga dengan keyakinan dan hasil pengalamannya bahwa buah kurma yang bagus harus melalui proses bantuan penyerbukan oleh manusia. Ketika bukti hasil dialog itu menunjukkan bahwa hasil buah kurma yang baik seperti yang dikemukakan oleh ahli menanam kurma, maka Nabi bersabda "Antum A'lamu bi'umuuri dunyaakum" ("Engkau lebih tahu tentang urusan keduniaanmu").
Hukum dasar semua ibadah ghair mahdah telah diatur dalam Al-Qur'an. Sebagai contoh, hukum ekonomi secara mendasar telah dimaktub dalam Al-Qur'an, tetapi bentuk pelaksanaannya bisa disejalankan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan tantangan lingkungan. Bank Mu'amalat Indonesia yang pada wal masa Islam belum dikenal, kini sistem tersebut diadopsi dan disejalankan dengan konsep Dinul Islam.
Rasul tidak mengatur penyeragaman cara tampilan urusan keduniawian. Berpakaian dalam konsep Islam, adalah menutup aurat. Bentuk, ragam, gaya, dan tampilan, bisa disesuaikan dengan kebutuhan, selama konsep dasar tidak diubah. Begitupun dengan model bangunan masjid yang menggunakan gaya jazirah Arab, gaya Indonesia ( Melayu) gaya China, dan gaya selingkung lainnya.
Keberagaman mengenai semua masalah ibadah mahdah telah dilonggarkan keberadaannya oleh Rasulullah. Lain halnya dengan ibadah mahdah, Allah melalui nabi-Nya telah menetapkan sesuatu yang seragam. Inilah yang menjadi perdebatan, termasuk sejumlah ibadah mahdah yang sesungguhnya telah tertata dalam pakem-pakem ibadah. Salah satu permintaan Rasulullah yang tidak dikabulkan oleh Allah adalah tentang munculnya firqah-firqah (golongan-golongan) yang mengatasnamakan kebenaran agama. Dalam salah satu hadits, Nabiyullah menyebutkan akan muncul lebih dari 70 firqah.
c. Hubungan Manusia dengan Manusia
Konsep Islam adalah konsep yang mengacu keseduniaan murni, karena diatur oleh yang Maha Pengatur. Sunnatullah adalah bentuk keseduniaan murni yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai bentuk pengikat kondisi dasar kehidupan.
Hablun min-annaas banyak jenisnya. Diantaranya: munakahat (pernikahan), jinayat (hukum pembunuhan), hudud (hukuman), jihad (perjuangan), dan masih banyak lagi. Semua bentuk mu'amalat telah diatur secara ketat dalam Dinul Islam, sebagian lagi, seperti disebutkan terdahulu, Rasul menyerahkan pemutusannya kepada umat pada setiap generasi.
Hubungan manusia dengan manusia secara horizontal, maksudnya tidak pilih-pilih. Allah tidak menetapkan secara gamblang spesifikasi manusia yang "pantas" menjadi partner dalam kegiatan kemasyarakatan yang umum. Seperti ketika Allah melalui nabi-Nya, menunjukkan bahwa "keimanan seseorang itu terkait dengan urusan tetangga", tetangga yang dimaksud mengacu pada manusia umum, dari bangsa, agama, kelas sosial mana saja. Inilah universilaisme murni yang dibangun dalam konsep ajaran Islam. Kecuali hal-hal yang berkaitan dengan hal khusus keagamaan, ada pembatasan tertentu dengan kondisi manusia khusus, manusia seagama.
Keterbukaan ibadah mu'amalat yang berhubungan dengan"dunyaakum" bisa menjadi daya tarik tampilan manusia muslim dimana pun mereka tinggal. Tak kn ada masalah interaksi sosial jika dibangun sesuai konsep Dinul Islam dengan benar. Mengenai firqah-firqah yang dibangun dilingkungan umat muslim, masing-masing merasa berbeda. Sedangkan dalam Islam semua penganutnya berada dalam satu ikatan persaudaraan dan kesepahaman dasar dalam pikiran dan perilaku.
Dasar-dasar mu'amalat dapat dilihat pada beberapa ayat dalam Al-Qur'an sebagai berikut:
Berjual beli (QS. Al-Baqarah 02: 254, 275; An-Nur 29:37; dan Al-Jumu'ah 62: 09)
Berjanji ( QS. Al-Baqarah 02:177 dan An-Nahl 16:91)
Memberi peringatan (QS. Al-'Ashr 103:03), merupakan urusan mu'amalat yang diatur secara tegas oleh Allah dalam Al-Qur'an. Secara spesifik, hal-hal lain yang terkait dengan mu'amalat dijelaskan oleh para ulama' sebagai ladang ijtihad. Allah tidak mengabulkan permintaan Nabiyullah Muhammad SAW tentang "kesatuan pendapat" bagi ummatnya. Bahkan Allah sengaja, biarkan hal itu sebagai jalan pengujian iman manusia yang telah mengaku Islam.
d. Bisnis Islami
Allah menantang manusia untuk berjual beli yang islami dengan Allah saja. Dalam Al-Qur'an Allah telah menantang manusia dengan berbagai perumpamaan "pelipatgandaan" aneka kebaikan bila semua kebaikan itu hanya ditujukan untuk mendapat keridhoan Allah semata. Bisnis dengan Allah, jaminan Allah adalah keuntungan yang terus-menerus.
Allah SWT telah membeli jiwa manusia sebagaimana firman-Nya dalam QS. At-Taubah 09:111) yang artinya, "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itulah menjadi) janji yang benar dari Allah didalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar". dengan dengan jaminan syurga. Bisnis yang islami tidak dikotori oleh riba dan bohong. Berbisnis dengan Allah tidak akan menimbulkan rasa ketidakadilan, ketidakjujuran, kebohongan, dan sejumlah keburukan bisnis yang kerap dibangun antar manusia. Allah juga melipatgandakan kebaikan sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah 02:245 yang terjemahannya, "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan".
Sungguh, Allah SWT menjanjikan "tukaran" amal baik dengan pelipatgandaan nilai tukar yang sangat menguntungkan manusia. Bahkan janji Allah yang spektakuler dalam perhitungan manusia adalah janji tentang Lailatul Qadar, telah dijelaskan dalam (QS Al-Qadr 97:01-03) yaitu satu malam satu kebaikan setara dengan kebaikan seribu bulan (Alfi Syahrin). Dan janji Allah tidak perlu diragukan, karena Inna-Allaha laa tukhliful-mii'aad.
Manusia bisa berbisnis dengan Allah SWT melalui segala bentuk aktivitas dimana niat karena Allah dan doa sebagai SoP kegiatan, sebagimana diajarkan oleh Nabiyullah Muhammad SAW, sehingga segala kegiatan bisa menjadi bernilai ibadah.
Segala kegiatan lebih afdhal jika disertai dengan membaca kalimat laa ilaaha illa-Allah (ini inti ikrar syahadat). Disebutkan dalam hadits Nabi yang menyatakan "Afdhaluhaa laa ilaaha illa-Allah, waadnaahaa imaazhatul adaa'aniththariq". Sehingga besar kecilnya perbuatan kebaikan dihitung sama oleh Allah, terutama didahului dengan bacaan basmalah.
Umat muslim dapat mengumpulkan perbekalan untuk menuju Kampung Akhirat melalui ibadah-ibadah ghair mahdah. Yang perlu diingat, ketika mengerjakan ibadah mahdah, berarti melaksanakan "kewajiban asasi" seorang hamba Allah, artinya tertunaikan pelaksanaan kewajiban dasar manusia. Tetapi, tentu masih belum memiliki"bekal lebih" untuk nantinya di akhirat. Sehingga ibadah ghair mahdah sebagai penyempurna ibadah mahdah yang 'bolong-bolong'. Jajang Suryana mengibaratkan "Ibadah sunnat adalah 'lapisan email' yang akan melindungi dan menyempurnakan bangunan ibadah mahdah yang telah dilakukan, terutama yang kurang sempurna!"
Betapa Allah telah menyiapkan semua jalan untuk kemaslahatan manusia untuk menabung amal ibadah sebagai bekal di kehidupan yang "abadi" di Kampung Akhirat kelak.
Wallahu A'lamu Bissawab
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Sumber:
Suryana, Jajang. 2020. Hubungan Manusia dengan Tuhan, Hubungan Manusia dengan Manusia dan Hubungan Manusia dengan Lingkungan. Singaraja.
Komentar
Posting Komentar