Manusia Makhluk Ibadah, Iman, Ilmu dan Islam


Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin puji syukur saya panjatkkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat-Nya lah tulisan sederhana ini bisa terselesaikan. Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan alam Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah.

Dalam tulisan kali ini kita akan membahas mengenai Manusia sebagai Makhluk Ibadah, Iman, Ilmu dan Islam. Mari simak ulasan materi sederhana berikut dengan seksama.

Manusia merupakan makhluk ibadah. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Tugas manusia untuk mengabdi kepada Allah dengan tugas dinyatakan-Nya dalam al-Qur’an surat az-Zariyat (51):56. Terjmahannya (lebih kurang) sebagai berikut,”Tidak Kujadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.” Mengabdi kepada Allah dapat dilakukan manusia melalui dua jalur, jalur khusus dan jalur umum. Pengabdian melalui jalur khusus dilaksanakan dengan melakukan ibadah khusus, yaitu segala upacara pengabdian langsung kepada Allah yang cara dan watunya telah ditentukan oleh Allah sendiri sedang rinciannya dijelaskan oleh Rasul-Nya, seperti ibadah sholat, zakat, saum, dan haji. Penabdian melalui jalur umum dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang disebut amal saleh yaitu segala perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat, dengan niat ikhlas untuk mencari keridhoan Allah.

Manusia makhluk beriman. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah. Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah dipermukaan dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang berada di alam gaib itu (akan dijelaskan kemudian) ditanyai Allah apakah mereka mengakui Allah sebagai Tuhan mereka (“Alastu bi rabbikum?: Apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan kalian?”). Serentak dan semuanya mengakui Allah sebagai Tuhan mereka (“Bala syahidna: Ya, kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami”). (QS. Al-A’raf (7):172). Dengan pengakuan itu, sesungguhnya sejak awal, dari tempat asalnya manusia telah mengakui Tuhan, telah bertuhan, berketuhanan. Pengakuan dan penyaksianbahwa Allah adalah Tuhan ruh yang ditupkan kedalam rahim wanita yang sedang mengandung menusia itu berarti bahwa manusia mengakui (pula) kekuasaan Tuhan, termasuk kekuasaan Tuhan menciptakan agama untuk pedoman hidup manusia di dunia ini. Ini bermakna pula bahwa secara potensial manusia percaya atau beriman kepada ajaran agama yang diciptakan Allah Yang Maha Kuasa.

Manusia sebagai makhluk berilmu. Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi. Untuk dapat melaksankan tugasnya menjadi kuasa atau kahlifah Allah, manusia diberi akal pikiran dan kalbu, yang tidak diberi kepada makhluk lain. Dengan akal pikirannya manusia mampu mengamati alam semesta, mengahsilkan dan mengembangkan ilmu, yang benihnya telah “disemaikan” Allah sewaktu mengajarkan nama-nama (benda) kepada manusia asal, waktu Allah menjadikan manusia (Adam) menjadi khalifah-Nya di bumi ini dahulu (QS. Al-Baqarah (2):31). Dengan akal dan pemikirannya yang melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia diharapkan mampu mengemban amanah sebagai khalifah Allah. Dengan mengabdi kepada Allah dan mengemban amanah sebagai khalifah-Nya dibumi, manusia diharapkan akan dapat mencapai tujuan hidupnya memperoleh keridhoan Ilahi di dunia ini, sebagai bekal mendapatkan keridhoan Allah di akhirat nanti.

Manusia sebagai makhluk islam. Menurut August Comte dalam bukunya yang masyhur Course de la Philosophie Positive (1842) yang terdiri dari 6 jilid menyebut tiga tahap perkembangan pemikiran manusia de lois des trois etat (terjemahan bebasnya, lebih kurang tiga hukum perkembangan) yaitu (a) tahap teologik yaitu tahap pemikiran manusia yang percaya kepada Tuhan, percaya pada ajaran agama, (b) tahap metafisik yaitu tahap percaya pada kekuatan atau hal-hal nonfisik, yang tidak kelihatan, namun, perlu segera dikemukakan bahwa teori Auguste Comte itu tidak benar, sebab perkembangan pemikiran manusia tidaklah demikian. Dalam tahap ketiga (c) tahap positif, di periode positif di zaman (modern) sekarang ini, manusia masih tetap percaya pada Tuhan dan metafisika. Sejarah umat manusia di Barat menunjukkan kepada kita bahwa dengan mengenyampingkan agama dan menempatkan ilmu dan akal manusia semata-mata sebagai satu-satunya ukuran untuk menilai segala-galanya (anthropocentrisme yaitu paham yang menjadikan manusia menjadi pusat), telah menyebabkan berbagai krisis malapetaka. Untuk mengendalikan semua itu manusia harus berpedoman dan berpegangan hidup yang sejati, yaitu agama yang mampu mengendalikan dan mengarahkan penggunaan segala kepentingan manusia secara keseluruhan. Dengan panduan agama, terutama agama dari Allah SWT. akan membawa keselamatan dan kebahagiaan umat manusia yakni agama islam.

Kenapa islam?

Sebabnya karena agama islam adalah agama akhir daan mutakhir, agama yang selalu mendorong manusia menggunakan akalnya untuk memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan memahami ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat didalam al-Qur’an. Agama islam adalah agama keseimbangan dunia akhirat, agama yang tidak mempertentangkan iman dan ilmu, bahkan, menurut sunnah Rasulallah, agama yang mewajibkan manusia, baik pria maupun wanita, menuntut ilmu pengetahuan mulai dari buaian sampai ke liang lahat: minal mahdi ilal lahdi, yang kemudian dirumuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan life long education, dan diterjemahkan kedalam bahasa kita dengan pendidikan seumur hidup, menuntut ilmu selama hayat dikandung badan.dengan mengikuti tradisi yang dikembangkan oleh Ghazali dengan ilmu fardhu ‘ain, yaitu ilmu yang wajib dituntut, diketahui dan diamalkan oleh setiap muslim dan muslimat dan ilmu fardu kifayah yaitu ilmu yang kalau sudah dituntut orang lain, tidak diwajibkan yang lainnya menuntut pula.

Wallahu A'lamu Bissawab
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Sumber Referensi:
Ali, Muhammad Daud: Pendidikan Agama Islam, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2006.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sunnatullah dan Manusia sebagai Khalifah di Bumi

Manusia dan Teknologi

Manusia Makhluk Peneliti